Ibnu
Sina
Bapak Kedokteran Dunia
Kontribusi terbesar Sina dalam bidang kedokteran terutama bisa dilihat dari bukunya yang terkenal, Al-Qanun fi AI-Tibb. Kitab itu di Barat lebih dikenal
sebagai The Canon of Medicine. Tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Sina.
Pada masa mudanya, dia telah memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam bidang kedokteran.
Dan ketika itu dia cukup kondang di kampungnya sebagai tabib muda.
Pada
usianya yang ke-17, Sina
berhasil menyembuhkan Nuh Ibnu Mansur,
seorang raja di Bukhara. Mirip dongeng, saat itu semua tabib terkenal yang
diundang ke istana angkat tangan tak bisa menyembuhkan sang raja. Dalam masa
penyembuhan, Raja Mansur berkeinginan memberi Sina hadiah, tetapi tabib muda itu hanya berhasrat untuk
diizinkan 'melahap' semua buku di perpustakaan istana.
Sina
memulai pengembaraannya dari Jurjan. Ini dilakukan setelah kematian ayahnya dan
bertemu dengan sebayanya yang sangat dikenal pada masa itu, yakni Abu Raihan Al-Birruni. Lalu ia
berpindah ke negeri Rayy dan menuju Hamadan. Di Hamadan ini ia menulis buku fenomenalnya
Al Qanun fi Al-Tibb. Di
kota ini pula, dia menyembuhkan Raja Hamadan, Shams Al-Daulah, dari penyakit
perut kronis. Dari Hamadan kemudian ia berpindah ke Isphanan (sekarang Iran),
yang menjadi tempat untuk menyelesaikan risalah-risalah monumentalnya.
Karakteristik paling mendasar
dari pemikiran Ibnu Sina
adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan pembedaan konsep secara
tegas dan keras sehingga
mampu mengusik temperamen modem, la mengemukakan secara berulang-ulang pada
setiap kesempatan tentang pembuktian pemikirannya dalam hal dualisme tubuh dan
akal, doktrin universal, serta teori tentang esensi dan eksistensi.
Keaslian
pemikiran Sina rupanya bukan
saja menghadirkan keunikan sekaligus kekaguman dunia Islam pada abad
pertengahan. Orde dominikan dan masa Teologi Barat memperoleh pengaruh kuat
dari pemikirannya. Perumusan kembali Teologi Katolik Roma yang digagas Albert
Agung dan terutama oleh Thomas Aquinas secara mendasar dipengaruhi oleh
pemikiran Ibnu Sina.
Penerjemah
De Anima, Gundisalvus menulis bahwa De Anima yang sebagian besar isinya
merupakan pengambilan besar-besaran doktrin-doktrin Sina. Demikian juga, para filsuf dan ilmuwan abad
pertengahan seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon yang menginternalisasikan
sebagian besar pemikiran Ibnu Sina.
Untuk memahami teologi dan
metafisika Aquinas, setiap orang pasti harus merujuk pada pemahaman jasa pemikiran
yang diterimanya dari Ibnu Sina.
Semua orang dapat melihat pengaruh filsuf besar muslim ini dalam karya Aquinas, Summa Theologica dan
Summa Contra Gentiles yang merupakan karya terbesarnya.
Kitab Qanun fi al-Tibb atau The Canons of Medicine karangan
Sina telah menjadi
ensiklopedi terlengkap dan terbesar di bidang kedokteran, yang memuat jutaan
istilah. Di dalamnya termuat risalah pengobatan yang merupakan perpaduan dari
sumber-sumber pengobatan kuno dan tabib muslim. Ibnu Sina tidak sekadar memadukan, tetapi juga memberi
semacam kontribusi orisinal. Selain berisi pengobatan-pengobatan dengan cara
umum, kitab itu juga memuat nama obat-obatan (ada 760 macam), jenis-jenis penyakit
yang menjangkiti seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki—terutama bidang
farmakope dan patologi.
Kitab Qanun sangat dikenal juga
sebagai kitab kedokteran paling otentik di dunia, sangat banyak memuat penemuan-penemuan
Sina di bidang anatomi, yang
masih dipakai hingga kini. Sina
pula yang pertama kali dapat mengenali muasal terjadinya penyakit menular,
seperti phtisis dan TBC. Penyakit ini disebarkan melalui air dan tanah, serta
kaitan antara kesehatan dan kondisi psikologis. Dia juga orang pertama yang
dapat menjabarkan gangguan miningitis (radang otak). Dan ilmuwan pertama
yang mampu menjabarkan anatomi mata berikut perangkat sistem optiknya.
Pada abad ke-12, Qanun (Canon) telah diterjemahkan
dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona. Kitab ini kemudian menjadi buku panduan
utama di sekolah-sekolah kedokteran di Eropa. Dalam perkembangannya selama tiga
belas tahun lebih, buku ini telah diterbitkan sebanyak 15 kali—16 kali dalam bahasa
Latin dan satu kali dalam bahasa Yahudi.
Bahkan, pada abad ke-16 buku
tersebut telah dicetak kembali lebih dari 20 kali. Tahun 1930, Cameron Gruner,
secara berjilid menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa Inggris, yang diberinya
judul A Treatise on the Canons of Medicine
of Avecienna. Dari abad ke-12 sampai ke-17, kitab Qanun telah menjadi 'guru
pembimbing' bagi ilmu kedokteran di Barat. Dr. William Osier, penulis buku The Evolution of Modern Science,
menulis, "Qanun telah
mewariskan sesuatu dan menjadi, seperti kitab suci dunia kedokteran dalam
jangka waktu sangat lama, melebihi buah karya apa pun di jagat ini."
Kitab Ibnu Sina lainnya, seperti Kitab
Al-Shifa (Buku Penyembuhan)
adalah ensiklopedia filsafat, yang membahas sangat banyak lingkup pengetahuan
dari filsafat sampai ilmu pengetahuan. Filosofinya berhasil mempersatukan
tradisi Aristotelian, pengaruh neoplatonik dan teologi Islam. Dalam bahasa
Latin, kitab ini disebut Sanatio.
Selain Shifa, risalah filsafatnya yang juga cukup dikenal adalah Al-Najat dan
Isharat. Dalam kedua risalahnya itu, Sina memadukan dua kategori utama dalam filsafat, yakni
antara pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis.
Dalam
bidang kimia, Sina tidak
percaya pada kemungkinan terjadinya transmutasi kimia pada bahan metal.
Pandangannya ini secara radikal bertentangan dengan keumuman yang berlaku saat
itu. Risalahnya dalam penelitian mineral merupakan salah satu sumber utama yang
sering menjadi rujukan para ensiklopedis teologi Kristen pada abad ke-13.
Kebesaran figur Ibnu Sina
kini diabadikan menjadi nama sebuah auditorium besar pada fakultas kedokteran
Universitas Paris, Prancis.
Ibnu Sina
yang tak pernah bisa betah berdiam di suatu tempat, menjelajah ke berbagai negeri
sambil mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat itu, akhirnya
mengalami semacam kelelahan mental hebat. Pada saat itu, banyak terjadi
kerusuhan politik di negeri yang ia tinggali sehingga kesehatannya terganggu.
Setelah kembali ke Hamadan, Sina
meninggal dunia pada tahun 1037 M.
sumber: Edi Warsidi.2007. Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia. Bandung: ARMICO
waah ini nih saya cari cari gan, buat tugas :) thanks infonya
ReplyDeletemampir mampir kesini gan http://belajar-be.blogspot.com
ok gan,, sm" smg brmnfaat. :-D
Delete