Seratus Tokoh dalam
Sejarah Islam
“2”
Abu Bakar Ash-Shiddiq (573-634
M)
Sejarah Islam - Abu Bakar termasuk seorang laki-laki yang pertama kali masuk Islam, selain
seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah sebelum dan sesudah
kenabiannya. Dia juga menemani Rasulullah ketika berhijrah ke kota Madinah, dan
mengikuti berbagai peperangan bersama Rasulullah. Dia digelari al-Shiddiq
karena senantiasa membenarkan (shaddaqa) semua hal yang dibawa oleh Muhammad,
atau karena dia tidak pernah berkata kecuali yang benar. Abu Bakar juga
merupakan mertua Nabi saw. karena putrinya, Aisyah, dinikahi Nabi. Nabi pernah
mengutusnya memimpin kaum Muslim melakukan ibadah haji sebagai penggantinya
pada tahun kesembilan Hijriah. Selain itu, dia juga pernah mengganti kedudukan
Nabi menjadi imam salat ketika Nabi sakit. Itulah antara lain yang mendorong
kaum Muslim memilihnya sebagai khalifah setelah Rasulullah saw. wafat. Dialah
khalifah pertama di antara para al-Khulafa' al-Rasyidun.
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar
adalah seorang pedagang. Setelah masuk Islam, dia begitu cepat menjadi anggota
yang paling menonjol dalam jamaah Islam setelah Nabi. Dia terkenal karena
keteguhan pendirian, kekuatan iman, kesetiaan, dan kebijakan pendapatnya.
Kalaupun dia hanya satu atau dua kali diangkat sebagai panglima perang oleh
Nabi—tidak seperti Ali bin Abi Thalib yang sangat lincah dalam memimpin
peperangan—hal itu barangkali disebabkan Nabi menghendaki agar Abu Bakar
mendampinginya untuk bertukar pendapat atau berunding.
Kebijakan dan keteguhannya tampak pada
hari-hari yang sangat kritis sepeninggal Rasulullah saw.. Ketika sebagian
orang—antara lain Umar—tidak
percaya bahwa Nabi telah wafat, Abu Bakar membenarkannya. Abu Bakar
pada saat itu menyampaikan khotbahnya yang sangat terkenal. Isinya antara Iain,
"Ketahuilah, siapa yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Dan barang siapa
menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup, tidak mati." Abu Bakar mengingatkan mereka bahwa
sesungguhnya dakwahnya hanyalah untuk Allah semata, untuk melaksanakan
syariat-Nya, dan untuk mengesakan-Nya. Sedangkan, Rasulullah adalah seorang
manusia yang memberi peringatan dan kabar gembira. Kalaupun Rasulullah
meninggal dunia, ajaran-ajaran yang dibawanya tidak akan mati.
Tatkala para
Muhajirin dan Anshar bertikai mengenai pengganti Rasulullah—pertikaian itu
hampir saja menyulut pembunuhan dan perpecahan di antara mereka—peran Abu
Bakar sangat besar dalam meredakan kekhawatiran orang Anshar terhadap
tindakan semena-mena kaum Muhajirin. Dia berhasil mendamaikan mereka agar tetap
hidup bersatu, menyingkirkan perpecahan dan permusuhan demi tegaknya agama
Islam.
Ketika sebagian
kabilah bangsa Arab enggan mengeluarkan zakat, dua minggu setelah dirinya
diangkat sebagai khalifah, Abu Bakar berpendapat bahwa orang yang tidak
mau mengeluarkan zakat itu murtad. Karena, barang siapa mengingkari zakat
sebagai rukun Islam, hal itu akan berlanjut kepada pengingkaran yang lebih
besar. Oleh karena itu, Abu Bakar merencanakan peperangan terhadap
mereka meskipun sebagian sahabat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki
kekuatan untuk itu, bahkan menakuti Abu Bakar bahwa jumlah musuh lebih
banyak sehingga setan akan menungganginya sebagaimana layaknya dia menaiki
tunggangan. "Demi Allah, jika mereka
mencegahku untuk melakukan itu, aku akan tetap memerangi mereka. Aku akan
meminta pertolongan kepada Allah. Karena, sesungguhnya Dia sebaik-baik
penolong," tekad Abu Bakar.
Betapa
banyak golongan yang jumlahnya sedikit tetapi mereka mampu mengalahkan golongan
yang jumlahnya banyak dengan izin Allah. Dan Allah akan beserta orang-orang
yang sabar. (QS 2:249).
Ketika banyak orang
yang kembali kepada kepercayaannya semula setelah Rasulullah saw. meninggal
dunia, dan muncul beberapa orang yang mengaku sebagai nabi, dengan segera Abu
Bakar mengirimkan pasukan perang untuk mengajak mereka kembali ke jalan
yang benar. Apabila mereka enggan menerima ajakan itu, pasukan perang itu akan
menyerang mereka dan tidak menerima siapa pun kecuali dia telah masuk Islam.
Dengan tindakan ini, khalifah yang selalu dikenal dengan sifat kasih sayang dan
kelembutannya, kini menampakkan keberanian, kekerasan, keaiauan yang dahsyat,
agar kelemahan tidak merasuk ke dalam jiwa kaum Muslim. Negara baru yang masih
sangat muda usinya telah menghadapi kendala berat yang hampir melemahkan dan
membunuhnya.
Dengan kebijakannya,
Abu Bakar menyadari bahwa jika Islam hendak disebarkan di antara
kabilah-kabilah bangsa Arab, dia harus mengerahkan pasukannya untuk membuka
daerah baru. Karena itu, pada masa kekhalifahannya dimulailah ekspedisi pasukan
Islam secara besar-besaran. Dia mengutus pasukan yang dipimpin oleh Khalid
bin al-Walid dan Mutsanna bin Haritsah ke Irak beserta Yazid
bin Abu Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, dan 'Amr bin
'Ash ke Syam.
Abu Bakar meninggal dunia pada saat
berkecamuknya Perang Yarmuk yang berlangsung selama tiga bulan dengan
kemenangan di tangan kaum Muslim atas bangsa Romawi. Ketika dia mengkhawatirkan
kaum Muslim akan kembali bertikai dan bertengkar mengenai pengganti dirinya
sebagai khalifah, maka sebelum wafat, dia telah menetapkan 'Umar bin
al-Khathab sebagai khalifah kaum Muslim setelah dirinya.
Selama hayat hingga
masa-masa menjadi khalifah, Abu Bakar dapat dijadikan sebagai teladan
dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kehati-hatian, dan kelemah-lembutan pada
saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Dengan sikap seperti itu, dia
mendapat penghormatan dan kepercayaan dari kaum Muslim. Sejarah akan tetap
mengenangnya karena dia juga menjadi "penyambung lidah" Nabi. Selain
itu, pada masa kekhalifahannya—tidak lebih dari dua tahun—dia mampu menegakkan
tiang-tiang Islam, termasuk di luar Jazirah Arabia yang lebih luas. Dia dapat
dikategorikan sebagai orang yang memulai babak baru dalam mendirikan imperium
Arabia.
Baca Juga, Artikel
Sebelumnya Seratus Tokoh dalam Islam;
Sumber : Husayn Ahmad Amin. 2001.
Seratus Tokoh Islam Dalam Sejarah Islam. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
0 comments:
Post a Comment