Riya’ Kunci
Neraka
by
by
Riya’ adalah suatu penyakit, yang biasa menjangkit sebagian besar manusia, baik dalam beramal dan dalam perkataan, maka orang yang berbuat riya’ lahiriyahnya berlawanan dengan yang ada di dalam hatinya. Hatinya rusak dan niatnya menjadi jelek, Karena melakukan amal baik tanpa didasari dengan hati yang ikhlas[[1]]. Ikhlas secara bahasa berasal dari kata khalasha yang berarti bersih atau murni[[2]]. Secara istilah ikhlas adalah melakukan suatu amal perbuatan dengan niat yang murni hanya Allahlah tujuannya beramal. Lebih jelas tentang keadaan orang yang riya’, telah digambarkan dalam al-Qur’an dan hadits rasulullah;
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ -٥-
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”(al-Bayyinah: 5)
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ -٤-
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ -٥- الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ -٦-
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ -٧-
Allah ta’ala berfirman: “4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,6. orang-orang yang berbuat riya,7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”(al-Ma’un: 4-7)
قُلْ إِن تُخْفُواْ مَا فِي
صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأرْضِ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -٢٩-
Allah ta’ala berfirman: “ Katakanlah: "Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(al-Imran: 29)
Rasulullah SAW: “ Dari Mahmud bin Lubaid bahwa
rasulullah SAW bersabda “ sesuatu yang paling aku khawatirkan di antara kamu
adalah syirik kecil, yaitu riya’ (HR ahmad sanad hasan)
Rasulullah saw
bersabda: “ Abu Hurairah r.a. berkata bahwa rasulullah SAW bersabda,
“sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seseorang
yang mati syahid di jalan Allah, maka ia didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikamat
(sebagai Pahalanya), kemudian ia melihatnya seraya dikatakan, “ amalan apakah
yang engkau lakukan sehingga memperoleh nikmat-nikmat itu? Ia menjawab, “ aku
berperang kerena-Mu (ya Allah), sehingga aku mati syahid.” Allah menjawab, “
dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu
dikatakan sebagai pahlawan. Dan kemudian (malaikat) diperintahkan kepadanya
lalu menyeret mukanya dan melemparkannya kedalam neraka; seseorang yang diberi
oleh Allah SWT bermacam-macam harta benda, kemudian ia didatangakan dan
diperlihatkan nikmat itu (sebagai Pahalannya) lalu ia melihatnya seraya
dikatakan (kepadanya), “Amalan apakah yang engkau lakukan sehingga memperoleh
nikmat itu?” ia menjawab, “ aku tidak pernah meninggalkan infak dari jalan yang
Engkau ridhoi (ya Allah), melainkan aku berinfak hanya kerena-Mu.” Lalu Allah
SWT menjawab. “ dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu
supaya kamu dikatakan sebagai dermawan, kemudian (malaikat) diperintahkan untuk
menyeret mukanya dan melemparkannya kedalam neraka; dan seorang lagi menuntut
ilmu dan mengajarkan ata membaca al-Qur’an, maka ia didatangkan dan
diperlihatkan nikmat-nikmat itu (sebagai pahalanya) lalu ia melihatnya seraya
dikatakan (kepadanya), “ Amal apakah yang engkau lakukan sehingga memperoleh
nikmat itu?Ia menjawab, “ Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, dan membaca
al-qur’an (hanya) untuk-Mu (ya Allah), kemudian Allah SWT menjawab, “ dusta
engkau sesungguhnya engkau menuntut ilmu supaya dikatakan engkau pintar dan engkau
membaca (al-qur’an) itu hanya supaya engkau dikatakan sebagai Qari,” kemudian
(malaikat) diperintahkan untuk menyeret mukanya dan melemparkannya kedalam
neraka,” (HR Muslim)
Firman Allah SWT dan sabda rasulullah SAW telah
mengambarkan dengan saat jelas bahwa orang yang mempunyai sifat riya’ ini
sangatlah merugi dan celaka. Ia melakukan suatu amal kebajikan tetapi pada
hakikatnya ia hanya melakukan amal yang sia-sia belaka tiada nilainya sedikit
pun dihadapan Allah SWT. Karena amalan yang ia lakukan bertujuan untuk dillihat
orang lain, baik untuk kemasyhuran (populeritas), mendapat pujian atau
harapan-harapan lainnya yang dari selain Allah SWT.
Riya’ yang merupakan syirik kecil adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh
orang-orang munafik sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an an-Nisa: 142,
artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” Sahabat Ali bin Abi
Thalib r.a. memberikan keterangan tentang tanda-tanda orang yang riya’, sebagai
berikut; “Ali bin Abi Thalib r.a. mengatakan bahwa tanda-tanda orang yang
berbuat riya’ ada 3, yaitu malas beramal bila sendirian, giat beramal bila
banyak orang, jika dipuji semakin giat beramal dan amalnya berkurang jika
dicela[[3]].”
Orang yang beramal dengan riya’ seperti batu yang putih lalu
hitam pekat karena banyaknya debu yang menempel padanya, tiba-tiba hujan deras
membasahinya sehingga batu itu kembali putih dan tak sedikit pun debu yang
tersisa padanya. Seperti itulah orang yang beramal dengan riya’ tidak sedikit
pun pahala yang ia dapat dari amal yang ia lakukan. Jika kita ingin amal kita
diterima dan tidak menjadi amal yang sia-sia maka kita harus melakukan
langkah-langkah berikut ini ; Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya, Ikhlas
dalam berniat, dan sesuai dengan syariat islam (Al-Qur’an dan Sunnah)[[4]].
“ Meninggalkan amal kerena manusia adalah riya. Beramal
karena manusia adalah syirik. Ikhlas beramal adalah yang selamat dari
keduanya.” (Fudhail bin ‘Iyadh)
Semoga Allah selalu membimbing hati kita agar selalu
beramal dengan ikhlas sehingga nanti di yaumil akhir kita tidak menjadi orang
yang merugi dan celaka lantaran amalan yang kita kerjakan tidak sedikit pun
bernilai pahala, kerena semua amalan kita telah terkontaminasi oleh penyakit
berbahaya yaitu riya’. “Ya Allah luruskanlah niat kami tuntunlah hati kami
agar selalu ikhlas beramal hanya untuk-Mu dan dalam rangka mencari ridho-Mu….
Aaamiiin ya Allah.”
Semoga bermanfaat. Allahu ‘alam
[1] Drs. Moh syamsi Hasan,dkk, Panduan Mc Dan Pidato Dalam Tiga Bahasa,(Surabaya:
Amelia),2006, hlm. 193
[2] Novi Hardian dan tim ILNA YOSEN, Panduan Keislaman untuk Remaja Super
Mentoring Senior,(Bandung: Syaamil Cipta Media, cet IV),2005, hlm. 164
[3] Rachmat Syafe’I, Al-Hadi,(Bandung: Pustaka setia), 2000, hlm. 67-65
0 comments:
Post a Comment