قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ -١- الَّذِينَ هُمْ
فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ -٢- وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ -٣-
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ -٤- وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ
حَافِظُونَ -٥- إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ
فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ -٦- فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاء ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ
هُمُ الْعَادُونَ -٧- وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
-٨- وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ -٩- أُوْلَئِكَ هُمُ
الْوَارِثُونَ -١٠- الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -١١-
Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya,
dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara
kemaluan-nya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barangsiapa
mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara
amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu’minuun 1-11)
Tafsir Ibnu
Abbas
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang Mukmin.
Qad
aflahal mu’minuun (sesungguhnya beruntunglah
orang-orang Mukmin), yakni sungguh sukses, selamat, dan berbahagialah
orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta‘ala. Mereka adalah
orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak.
Menurut yang lain, sungguh sukses dan selamatlah orang-orang Mukmin yang benar
dalam keimanannya. Lafazh al-falaah (keberuntungan) menyiratkan
dua hal, yakni: keselamatan dan kelanggengan. Selanjutnya Allah Ta‘ala
Menerangkan sifat orang-orang Mukmin yang beruntung itu dengan Firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam shalatnya,
Alladziina
hum fii shalaatihim khaasyi‘uun ([yaitu]
orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya), yakni orang-orang yang
merendahkan diri, tawaduk, tidak melirik ke kanan dan kiri, dan tidak pula
meninggikan tangan mereka (mengangkat kedua sikut) dalam shalat.
dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna,
Wal
ladziina hum ‘anil laghwi mu‘ridluun (dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna), yakni
orang-orang yang meninggalkan kebatilan dan sumpah yang tak perlu.
dan orang-orang yang
menunaikan zakat,
Wal
ladziina hum liz zakaati faa‘iluun (dan
orang-orang yang menunaikan zakat), yakni menunaikan zakat harta mereka.
dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya,
Wal
ladziina hum li furuujihim haafizhuun (dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya), yakni menjaga kemaluannya dari
hal-hal yang haram.
kecuali terhadap
istri-istri mereka atau (budak-budak) yang mereka miliki, maka sesungguhnya
mereka itu tiada tercela.
Illaa
‘alaa azwaajihim (kecuali terhadap istri-istri
mereka), yakni empat orang istri. Au maa
malakat aimaanuhum (atau
[budak-budak] yang mereka miliki), dalam jumlah yang tidak terbatas. Fa
innahum ghairu maluumiin (maka
sesungguhnya mereka itu tiada tercela), yakni halal.
Barangsiapa mencari di
balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Fa
manibtaghaa waraa-a dzaalika (barangsiapa
mencari di balik itu), yakni barangsiapa mencari cara selain cara yang
halal. Fa ulaa-ika humul ‘aaduun (maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas), yakni orang-orang yang melanggar halal
dan mengerjakan yang haram.
Dan orang-orang yang
memelihara terhadap amanat-amanat dan janjinya,
Wal
ladziina hum li amaanaatihim (dan
orang-orang yang terhadap amanat-amanat), yakni terhadap perkara-perkara
yang diamanatkan kepada mereka, seperti shaum, wudu, mandi
janabat, titipan, dan sebagainya. Wa ‘ahdihim (dan janjinya),
baik terhadap Allah Ta‘ala maupun terhadap sesama manusia.
Raa‘uun (memelihara), yakni menjaganya dengan cara menunaikannya.
dan orang-orang yang
senantiasa memelihara shalatnya.
Wal
ladziina hum ‘alaa shalawaatihim yuhaafizhuun (dan orang-orang yang senantiasa memelihara shalatnya), yakni
senantiasa menunaikan shalat pada waktunya.
Mereka itulah orang-orang
yang akan mewarisi,
Ulaa-ika (mereka itulah), yakni si pemilik sifat-sifat tersebut. Humul
waaritsuun (orang-orang yang akan mewarisi), yakni orang-orang yang
akan menghuni.
(Yaitu) orang-orang yang
akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Alladziina
yaritsuuna ([yaitu] orang-orang yang akan
mewarisi), yakni yang akan menghuni. Al-firdausa (surga Firdaus),
yakni istana-istana ar-Rahman. Dalam bahasa Romawi, Firdaus berarti taman. Hum
fiihaa khaaliduun (mereka langgeng di dalamnya), yakni mereka kekal di
dalam surga, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah dikeluarkan darinya.
Sumber : Al-Qur’an
dan Tafsir Ibnu Abbas digital
Sungguh beruntung orang beriman...
ReplyDeletenafasnya hembusan tasbih,
ucapannya untaian doa,
airmatanya butir istighfar,
Benar banget tu bang, semoga kita adalah pewaris surga firdaus
ReplyDeleteAamiin ya rabb
Subhanallah
ReplyDeleteAllahu akbar,, smg kta bs mnjd pewaris surga firdaus,, aamiin ya rabb..
DeleteBagus bagus bagus semoga manusia pada sadar
ReplyDeleteaamiin ya rabb
DeletePenyemangat kaum muslimin
ReplyDeleteyupz,,, aamiin ya rabb
Deletesubbahanallah...
ReplyDeletemudah-mudahan.. kita semua pewaris surga firdaus
amin...
aamiin ya rabb :)
Delete