Cerpen: Rindu yang Abadi



Rindu yang Abadi

Oleh 

Rainif Venesa

06-04-2009


Rindu yang Abadi  Oleh   Rainif Venesa




Kumpulan Cerpen - “Hana, aku mau bicara. Boleh?” tanyamu serius.
Keningku berkerut. Tumben, kau memasang muka seserius ini. Tapi akhirnya, aku mengangguk.
“Besok aku akan pergi ke Amerika. Aku mendapatkan beasiswa di sana.”
Jika saja ada petir yang menyambar malam ini, mungkin aku tak sekaget ini. Berita yang kudengar saat ini, bukan kabar baik untukku. Pergi ke Amerika, itu berarti aku harus melepas kepergianmu.
“Kau senang kan, Han?” tanyamu.
“Kenapa kau tak cerita sebelumnya?” tanyaku sedikit kesal.
“Maaf,” ucapmu. “Aku ingin ini menjadi sebuah kejutan untukmu.”
“Kejutan yang tak kuharapkan!” isakku, lalu tanpa menghiraukannya, aku lantas pergi meninggalkannya, masuk ke kamarku.
“Hanaaa …!” panggilmu.
Keesokan harinya.
Suara telepon membangunkanku. Sekilas kulirik jam dinding, pukul 7 pagi. Kemudian aku mengambil hapeku dan melihat layar. Namamu muncul. 
“Halo,” sapaku.
“Hana, aku mohon. Datanglah ke bandara. Dua jam lagi, pesawatku berangkat. Aku tunggu, ya!” ucapmu, lalu memutuskan telepon begitu saja.
Jujur, aku panik setelah aku mendengar ucappanmu di telpon. Bergegas, aku ke kamar mandi. Ritual mandi kupercepat. Aku tak mau kehilangan kesempatan menatapmu sebelum kau benar-benar pergi. Ya, walaupun apa yang kau lakukan kemarin masih menyisakan luka di hatiku. Tapi aku tahu, aku tak boleh egois. Atau aku akan kehilanganmu selamanya. 
***
Di ambang pintu masuk keberangkatan, Bandara Soekarno-Hatta.
“Hana,” bisikmu sambil memelukku.
“Kau jahat!”
“Sstt! Hana, tenanglah!” bujukmu. “Tiga tahun lagi, tepat di tanggal dan bulan ini, aku akan kembali ke Indonesia dan akan melamarmu.”
“Janji?”
Kau mengangguk. Lalu perlahan kau lepaskan pelukanmu, seiring suara announcer yang memanggil penumpang pesawat Garuda Indonesia tujuan Amerika untuk segera naik.
“Tunggu aku ya,” ucapmu lembut dan aku hanya mengangguk. 
Aku memandangmu yang kian menjauh. Air mataku seketika luruh merangkak di pipi. Kau terus berjalan sembari membawa travel bag dan melambaikan tangan diiringi senyuman yang akan selalu kurindu. Aku terus saja menangis, tak peduli dengan tatapan orang. Rasanya aku tak sanggup melepaskan kepergianmu. Tapi semua ini harus terjadi dan kau pergi meninggalkan aku sendiri di sini. Meninggalkan kenangan indah cinta kita yang baru saja kita bina.
***
Hari ini, 7 April 2012
“Tiga tahun lagi, tepat di tanggal dan bulan ini, aku akan kembali ke Indonesia dan akan melamarmu.”
Ucappanmu itulah yang selalu kuingat dalam penantian panjangku yang penuh rindu. Aku merasa bahagia saat mendengarnya dan berharap jadi kenyataan. Tapi rinduku tak akan usai. Hari yang kau janjikan untuk melamarku adalah hari terakhirmu di dunia ini. Kecelakaan pesawat telah merenggut nyawamu saat kau pulang ke Indonesia. Kecelakaan itu juga telah menghapuskan cita-citamu. Dan kasih, kita pun tak akan pernah bersatu dalam hidup ini. Tapi kau telah memberikanku hadiah teristimewa, sejuta kasih dan kenangan tentang kita. Selamat jalan kasihku. Aku akan menjaga rindu ini selamanya.



Share on Google Plus

About Unknown

Satrio Utama Nopenri (Rio Anderta)
Kontak:
FB: https://www.facebook.com/RioAnderta
Twitter: @Anderta
Instagram: rioanderta
Email: rioanderta90@gmail.com

0 comments:

Post a Comment